Tiap kali bulan puasa entah kenapa….tiap kejadian, kegiatan yang saya jalani selalu membangkitkan kenangan dan kesan tersendiri. kesan yang lebih mendalam daripada jika kegiatan itu dilakukan atau terjadi di bulan-bulan lain selain bulan puasa. Kesan-kesan itu serasa melayang-layang di kepala dan membayangi hingga dalam waktu yang lama.
Apa mungkin itu karena sugesti?
Atau mungkin karena kondisi tubuh kita yang “tidak biasa” ketika menjalankan ibadah puasa, yang menjadikan reaksi-reaksi otak yang agak berbeda ketika menanggapi suatu peristiwa?
Yang jelas…saya merasakan sesuatu yang berbeda ketika akan berpisah dengan teman-teman setelah acara buka bersama di Kanton, Istana Dieng, sore tadi. Biasanya saya cukup tabah –atau cuek– dengan perpisahan, toh sy selalu beranggapan, kalau tiba saatnya kita pasti akan bertemu lagi.
Namun ketika seorang teman berkata, “…setelah ini kita ngga akan ketemu lagi…”
Sesuatu yang tajam sekilas terasa menusuk dada, selama sepersekian detik. Rasanya saya tidak pernah memikirkan sebuah perpisahan dengan semendalam ini. Memang, perpisahan kali ini mungkin agak sakral, mengingat sebentar lagi kami akan berpisah, menuju jalan hidup masing-masing. Kuliah telah usai, saatnya memulai lembar hidup yang baru.
Akibatnya, sedih, gelap, jauh…perasaan yang campur aduk itu muncul selama selang waktu yang sangat singkat, namun kesan yang ditimbulkannya masih ada hingga sekarang.
Mungkinkah perasaan saya yang berubah jadi terlampau peka?
Masih di acara buka bersama, sebelumnya saya telah berjanji kepada seorang teman untuk membawakan sesuatu, dan akan mengambil sesuatu darinya pula. Namun karena miskomunikasi dan kurang koordinasi, akhirnya batal sehingga saya tidak jadi memberi dan tidak jadi mengambil. Sebenarnya bukan sesuatu yang fatal, toh lain kali bisa diatur lagi. Meski demikian, saya merasa begitu bersalah dan memikirkannya sampai beberapa saat.
Dan, kesan bersalah itu pun tetap tinggal hingga sekarang…